Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Kebijakan ?
Adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak (Anderson:
1975). Evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja
melainkan kepada seluruh proses kebijakan.
Beberapa Pengertian Evaluasi
Menurut W. Dunn,
istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing
menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program.
Evaluasi mencakup kesimpulan + klarifikasi + kritik + penyesuaian dan perumusan masalah kembali.
Analisis Kebijakan
Menurut Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda :
a. Untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya.
b.
Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan
berdasarkan standard atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jenis evaluasi kebijakan :
James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga jenis:
a.
Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Menyangkut
prihal kepentingan (interest) dan ideologi dari kebijakan.
b. Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu.
c.
Evaluasi kebijakan sistematis. Melihat secara obyektif program–program
kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan
melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut
dicapai. Menjawab kontribusi dampak dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Langkah Evaluasi Kebijakan
Edward A. Schuman mengemukakan 6 langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
2. Analisis terhadap masalah
3. Deskripsi dan Standarisasi kegiatan
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.
6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Evaluasi dalam Analisis Kebijakan
Sifat Evaluasi
1. Fokus Nilai
2. Interdependensi Fakta-Nilai, Pemantauan : prasyarat
3. Orientasi Masa Kini dan Masa lampau –Ex Post, beda dengan tuntutan advokatif
4. Dualitas Nilai (tujuan-cara)
Fungsi Evaluasi?
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.
- Pertama,
dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan
dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa
jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) dan
target tertentu.
- Kedua,
evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai
diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan
target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis
kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah yang
dituju. Dalam menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran, analis dapat
menguji alternatif.sumber nilai maupun landasan mereka dalam berbagai
bentuk rasionalitas (teknis, ekonomis, legal, sosial, substantif).
- Ketiga,
evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi
sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh,
dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan
ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi alternatif
kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa
alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan
diganti dengan yang lain.
Evaluasi dengan Rekomendasi?
Ex Post, retrospektif- Ex Ante, prospektif
Pendekatan Evaluasi
- Evaluasi Semu
- Evaluasi Formal
- Evaluasi Keputusan teoritis
Evaluasi Semu
- Asumsi : Ukuran manfaat atau nilai terbukti dengan sendirinya
- Contoh: Jumlah lulusan pelatihan, Jumlah unit pelayanan medis yang diberikan
- Teknik: sajian grafik, tampilan Tabel, angka indeks, Analisis seri waktu
Evaluasi Formal
- Asumsi
: Tujuan dan sasaran dari pengambil kebijakan dan administrator
yang secara remi diumumkan merupakan ukuran yang tepat dari manfaat
atau nilai
- Contoh: Evaluasi program pendidikan
- Teknik : Pmetaan sasaran, pemetaan hambatan, klarifikasi nilai, kritik nilai, analisis crosstab
Evaluasi keputusan teoritis
- Asumsi : Tujuan dan sasaran dari berbagai pelaku yang diumumkan secara formal ataupun ‘diam-diam’
- Cara
untuk mengatasi kekurangan evaluasi semu dan formal (Kurang
dan tidak dimanfaatkannya informasi kinerja, Ambiuitas kinerja
tujuan, Tujuan-tujuan yang saling bertentangan)
- Tujuan
Utama : menghubungkan informasi mengenai hasil-hasil kebijakan
dengan nilai-nilai dari berbagaipelaku kebijakan
- Teknik: Brainstorming, analisis argumentasi, Analisi survai–pemakai
Evaluasi Kebijakan
- Para
pelaku yang terlibat dalam tahap perumusan dan implementasi
kebijakan, cenderung untuk memandang evaluasi dari sudut asumsi dan
prosedur sehubungan dengan pencPapaian tujuan utama.
- POLICY
MAKERS: cenderung memandang evaluasi dari segi kepentingan
constituents, karena kekuasaan mereka tergantung pada dukungan
rakyat yang diwakili mereka. Cara evaluasi kebijakan adalah melalui
survei terhadap kepuasan rakyat.
- POLICY
IMPLEMENTERS: cenderung memandang evaluasi dari segi keberhasilan
mengelola program. Karena itu ada kecenderungan untuk menguasai dan
mempengaruhi informasi yang diberikan pada policy decision makers. Caranya:
- Memilih data dan informasi yang mendukung kinerja
- Memobilisasi dukungan terhadap kebijakan
Evaluasi Teknis
- Evaluasi
oleh pihak ketiga; yaitu oleh evaluator professional, lebih
menekankan pada cara evaluasi yang secara metodologis dapat
dipertanggung jawabkan (scientifically valid findings)
- Policy
Makers atau implementer akan menerima hasil evaluasi oleh
profesional sebagai evaluator teknis, apabila dipenuhi persyaratan
tertentu:
- Tujuan yang diinginkan oleh policy makers telah dipahami dengan benar oleh evaluator teknis;
- Pencapaian tujuan diukur dengan obyektif
- Laporan evaluasi menjelaskan hubungan antara tujuan dengan hasil program
- Sebaliknya, evaluator teknis hanya bisa melaksanakan tugasnya, apabila:
- Tujuan kebijakan jelas
- Tujuan dapat diukur
- Implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan
- Tersedia cukup data yang diperlukan
- Meskipun
evaluasi teknis bersifat obyektif, hasil evaluasi mempunyai
konsekuensi terhadap policy makers maupun policy implementers.
HAKIKAT EVALUASI PUBLIK
Kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. kebijakan harus diawasi,
dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana
keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada
konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk
melihat kesenjangan antara “harapan” dengan “kenyataan”.
Tujuan pokok dari evaluasi bukanlah untuk menyalah-nyalahkan
melainkan untuk melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian
dan harapan dari suatu kebijakan publik. Tugas selanjutnya adalah bagaimana mengurangi atau menutup kesenjangan tersebut. Jadi evaluasi kebijakan bertujuan mencari kekurangan dan menutup kekurangan.
Tiga lingkup makna evaluasi kebijakan publik
- evaluasi perumusan kebijakan.
- evaluasi implementasi kebijakan.
- evaluasi lingkungan kebijakan.
Empat fungsi evaluasi kebijakan publik
- Fungsi Eksplanasi.
Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan
dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar
berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini
evaluator dapat mengindentifikasi masalah, kondisi dan aktor yang
mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
- Fungsi Kepatuhan.
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan
oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai
dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
- Fungsi Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.
- Fungsi Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.
Evaluasi Formulasi Kebijakan Publik
Secara umum, evaluasi formulasi kebijakan publik berkenaan dengan apakah formulasi kebijakan publik telah dilaksanakan:
- Menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan,
karena setiap masalah publik memerlukan model formulasi kebijakan
publik berlainan.
- Mengarah
kepada permasalahan inti, karena setiap pemecahan masalah harus
benar-benar mengarah kepada inti permasalahannya.
- Mengikuti
prosedur yang diterima secara bersama, baik dalam rangka keabsahan
maupun juga dalam rangka kesamaan dan keterpaduan langkah
perumusan;
- Mendayagunakan
sumber daya ada secara optimal, baik dalam bentuk sumber daya
waktu, dana, manusia, dan kondisi lingkungan strategis.
11 model evaluasi formulasi kebijakan publik
- model kelembagaan
- model proses
- model kelompok
- model elit
- model rasional
- model inkremental
- model teori permainan
- model pilihan publik, dan
- model sistem
- model demokratis
- model perumusan strategis
Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik
Menurut
Prof. Sofyan Effendi, tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan
publik adalah untuk mengetahui variasi dalam indikator-indikator kinerja
yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu :
- Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya berkenaan dengan kinerja implementasi publik (variasi dari outcome) terhadap variabel independen tertentu.
- Faktor-faktor
apa saja menyebabkan variasi itu? jawabannya berkenaan faktor
kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi kebijakan, dan
lingkungan implementasi kebijakan yang mempengaruhi variasi outcome dari implementasi kebijakan.
- OutPut/ keluarannya sepertia apa? Jawabannya sangat tergantung
Evaluasi implementasi kebijakan dibagi tiga menurut timing evaluasi :
- Evaluasi sebelum pelaksanaan yang disebut William Dunn (1999) sebagai evaluasi summatif.
- Evaluasi pada waktu pelaksanaan biasanya disebut evaluasi proses.
- Evaluasi setelah kebijakan yang juga disebut sebagai evaluasi konsekuensi (output) kebijakan dan/atau evaluasi impak/pengaruh (output) kebijakan.
Tiga Pendekatan dalam Evaluasi Kebijakan Publik
1. Pendekatan Evaluasi Semu
A. Tujuan:
Menggunakan metode deskriptif Untuk menghasilkan Informasi valid Tentang hasil kebijakan
B. Asumsi:
Ukuran manfaat atau terbukti dengan sendirinya atau tidak kontroversial
C. Bentuk-Bentuk Utama:
Eksperimentasi sosial Akuntansi sistem Sosial Pemeriksaan sosial Sintesis riset dan praktek
D. Teknik:
Sajian grafik Tampilan tabel Angka indeks Analisis seri waktu terinterupsi Analisis seri terkontrol Analisis diskontinyu regresi
2. Pendekatan Evaluasi Formal
A. Tujuan:
Menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan secara formal diumumkan sebagai tujuan program kebijakan.
B. Asumsi:
Tujuan
dan Sasaran dari pengambilan dan administrator yang secara resmi
diumumkan merupakan ukuran yang tepat dan manfaat atau nilai.
C. Bentuk-bentuk Utama:
Evaluasi perkembangan Evaluasi Eksperimental Evaluasi proses Retrospektif (expost) evaluasi hasil retrospektif.
D. Teknik:
Pemetaan sasaran klarifikasi nilai kritik nilai pemetaan hambatan Analisis dampak saling Disecounting
3. Pendekatan Evaluasi Keputusan Teoritis
A. Tujuan:
Menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai pelaku kebijakan.
B. Asumsi:
Tujuan dan sasaran dari berbagai pelaku yang diumumkan secara formal ataupun diam merupakan ukuran yang tepat dari manfaat atau nilai.
C. Bentuk-bentuk Utama:
Penilaian tentang Dapat tidaknya Dievaluasi Analisis uitilitas multi-atribut.
D. Teknik:
Brainstorming Analisis argumentasi delphi kebijakan Analisis Survei Pemakai.
James P. Lester dan Joseph Steward Jr. (2000), mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan:
- evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi,
- evaluasi impak atau evaluasi berkenaan dengan hasil dan/atau pengaruh dari implementasi kebijakan,
- evaluasi kerjakan yaitu apakah benar hasil yang dicapai mencerminkan tujuan yang dikehendaki, dan
- evaluasi metaevaluasi yang berkenaan dengan untuk menemukan kesamaan-kesamaan tertentu.
Ernest R. House (1980) membuat taksonomi evaluasi yang cukup berbeda, yang membagi model evaluasi menjadi :
- model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.
- model perilaku, dengan indikator utama adalah reduktivitas dan akuntabilitas.
- model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah keefektifan dan keterjagaan kualitas.
- model tujuan bebas (goal free), dengan indikator utama adalah pilihan pengguna dan manfaat sosial.
- model kekritisan seni (art criticism), dengan indikator utama adalah standar yang semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat.
- model review profesional, dengan indikator utama adalah penerimaan profesional.
- model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah resolusi, dan
- model studi kasus, dengan indikator utama adalah pemahaman atas diversitas.
Ada pula pemilahan evaluasi sesuai dengan teknik evaluasi kebijakan berdasarkan rentang sejarah munculnya kebijakan-kebijakan
- evaluasi
komparatif, yaitu membandingkan implementasi kebijakan (proses
dari hasilnya) dengan implementasi kebijakan yang sama atau
berlainan, di satu tempat yang sama atau berlainan.
- evaluasi
historilal, yaitu membuat evaluasi kebijakan berdasarkan rentang
sejarah munculnya kebijakan-kebijakan tersebut.
- evaluasi
laboratorium atau eksperimental, yaitu evaluasi namun menggunakan
eksperimen yang diletakkan dalam sejenis laboratorium.
- evaluasi ad hock, yaitu evaluasi yang dilakukan secara mendadak dalam waktu segera dengan tujuan untuk mendapatkan gambar pada saat itu (snap shot).
James Andeson membagi evaluasi (implementasi) kebijakan publik menjadi tiga Tipe
- Pertama, evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional.
- Kedua, evaluasi yang memfokuskan kepada bekerjanya kebijakan.
- Ketiga, evaluasi
kebijakan sistematis yang melihat secara obyektif program-program
kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat
dan sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah dinyatakan telah
dicapai (dikutip Winarno, 2002, 168).
Edward
A. Suchman (dikutip Winarno, 2002, 169) di sisi lain lebih masuk ke
sisi praktis dengan mengemukakan enam langkah dalam evaluasi kebijakan,
yaitu :
- mengidetifikasi tujuan program yang akan dievaluasi,
- analisis terhadap masalah,
- deskripsi dan standardisasi kegiatan,
- pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi,
- menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain,
- beberapa indikator untuk menentuan keberadaan suatu dampak.
Dari berbagai-bagai ragam dan teknik evaluasi implementasi tersebut, pertanyaannya adalah mana yang hendak digunakan? Jawabannya juga tidak berbeda, tergantung kebutuhan evaluator. Keseluruhan
model tersebut di atas mencerminkan ragam dari kebutuhan evaluator,
baik yang digerakkan dari perbedaan kepentingan, perbedaan latar
belakang, perbedaan tujuan, perbedaan keberadaan (pemerintah atau
target), perbedaan waktu, dan lain-lain.
evaluasi kebijakan yang baik harus mempunyai beberapa syarat pokok:
- tujuannya menemukan hal-hal yang strategis untuk meningkatkan kinerja kebijakan.
- yang bersangkutan harus mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target kebijakan.
- Prosedur evaluasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara metodologi.
Petunjuk praktis evaluasi implementasi kebijakan publik
Keterangan Gambar
- evaluator
harus menyesuaikan alat ukurnya dengan model atau metode
implementasi kebijakan. Pada dasarnya, setiap metode implementasi
kebijakan di dalam dirinya telah menyediakan alat ukur bagi
keberhasilan/kinerja implementasi kebijakan.
- evaluator harus menyesuaikan evaluasinya dengan tujuan dari evaluator yang dibebankan kepadanya.
- Evaluator harus menyesuaikan diri evaluasinya dengan kompetensi keilmuan dan metodologis yang dimilikinya.
- Seorang evaluator dengan kompetensi ekonomi diharapkan tidak melakukan evaluasi politik.
- evaluator
harus menyesuaikan diri dengan sumber daya yang dimiliki,
mulai sumber daya waktu, manusia, alat atau teknologi, dana,
sistem, manajemen, bahkan sumber daya kepemimpinan yang ada.
- evaluator
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan evaluasi, agar ia bisa
diterima dengan baik di lingkungan yang akan dievaluasinya.
Evaluasi Lingkungan Kebijakan Publik
Jenis
evaluasi ini mendapat sedikit sekali perhatian, baik dari praktisi
maupun akademisi evaluasi kebijakan publik. Kenyataan ini harus diakui
karena sesungguhnya, sekuat apa pun pengaruh lingkungan, ia merupakan
faktor yang berada di luar kendali dari kebijakan publik. Karena itu,
acapkali lingkungan “dikeluarkan” dari evaluasi kebijakan publik.
Namun Demikian Perkembangan
terkini membuktikan bahwa keberhasilan dan kegagalan kebijakan tidak
lagi ditentukan oleh keandalan kebijakan dan implementasinya, namun
dukungan lingkungan. Konteks “lingkungan” dikedepankan karena perubahan
yang terjadi hari ini dan dimasa depan adalah perubahan dalam volume
yang besar dan cepat. Kenyataan ini begitu mencemaskan karena tidak
banyak melihat sebuah kebijakan ketika selesai dibuat, mendadak sudah
menjadi usang karena perubahan.
Menurut Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda :
a. Untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya.
b.
Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan
berdasarkan standard atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tipe evaluasi kebijakan :
James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe:
a.
Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Menyangkut
prihal kepentingan (interest) dan ideologi dari kebijakan.
b. Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu.
c.
Evaluasi kebijakan sistematis. Melihat secara obyektif program–program
kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan
melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut
dicapai. Menjawab kontribusi dampak dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Langkah Evaluasi
Edward A. Schuman mengemukakan 6 langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
2. Analisis terhadap masalah
3. Deskripsi dan Standarisasi kegiatan
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.
6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Evaluasi dalam Analisis Kebijakan
Sifat Evaluasi
1. Fokus Nilai
2. Interdependensi Fakta-Nilai, Pemantauan : prasyarat
3. Orientasi Masa Kini dan Masa lampau –Ex Post, beda dengan tuntutan advokatif
4. Dualitas Nilai (tujuan-cara)
Fungsi Evaluasi?
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.
- Pertama,
dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan
dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa
jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) dan
target tertentu.
- Kedua,
evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai
diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan
target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis
kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah yang
dituju. Dalam menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran, analis dapat
menguji alternatif.sumber nilai maupun landasan mereka dalam berbagai
bentuk rasionalitas (teknis, ekonomis, legal, sosial, substantif).
- Ketiga,
evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi
sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh,
dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan
ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi alternatif
kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa
alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan
diganti dengan yang lain.
Evaluasi dengan Rekomendasi?
Ex Post, retrospektif- Ex Ante, prospektif
Pendekatan Evaluasi
- Evaluasi Semu
- Evaluasi Formal
- Evaluasi Keputusan teoritis
Evaluasi Semu
- Asumsi : Ukuran manfaat atau nilai terbukti dengan sendirinya
- Contoh: Jumlah lulusan pelatihan, Jumlah unit pelayanan medis yang diberikan
- Teknik: sajian grafik, tampilan Tabel, angka indeks, Analisis seri waktu
Evaluasi Formal
- Asumsi
: Tujuan dan sasaran dari pengambil kebijakan dan administrator
yang secara remi diumumkan merupakan ukuran yang tepat dari manfaat
atau nilai
- Contoh: Evaluasi program pendidikan
- Teknik : Pmetaan sasaran, pemetaan hambatan, klarifikasi nilai, kritik nilai, analisis crosstab
Evaluasi keputusan teoritis
- Asumsi : Tujuan dan sasaran dari berbagai pelaku yang diumumkan secara formal ataupun ‘diam-diam’
- Cara
untuk mengatasi kekurangan evaluasi semu dan formal (Kurang
dan tidak dimanfaatkannya informasi kinerja, Ambiuitas kinerja
tujuan, Tujuan-tujuan yang saling bertentangan)
- Tujuan
Utama : menghubungkan informasi mengenai hasil-hasil kebijakan
dengan nilai-nilai dari berbagaipelaku kebijakan
- Teknik: Brainstorming, analisis argumentasi, Analisi survai–pemakai
Evaluasi Kebijakan
- Para
pelaku yang terlibat dalam tahap perumusan dan implementasi
kebijakan, cenderung untuk memandang evaluasi dari sudut asumsi dan
prosedur sehubungan dengan pencPapaian tujuan utama.
- POLICY
MAKERS: cenderung memandang evaluasi dari segi kepentingan
constituents, karena kekuasaan mereka tergantung pada dukungan
rakyat yang diwakili mereka. Cara evaluasi kebijakan adalah melalui
survei terhadap kepuasan rakyat.
- POLICY
IMPLEMENTERS: cenderung memandang evaluasi dari segi keberhasilan
mengelola program. Karena itu ada kecenderungan untuk menguasai dan
mempengaruhi informasi yang diberikan pada policy decision makers. Caranya:
- Memilih data dan informasi yang mendukung kinerja
- Memobilisasi dukungan terhadap kebijakan
Evaluasi Teknis
- Evaluasi
oleh pihak ketiga; yaitu oleh evaluator professional, lebih
menekankan pada cara evaluasi yang secara metodologis dapat
dipertanggung jawabkan (scientifically valid findings)
- Policy
Makers atau implementer akan menerima hasil evaluasi oleh
profesional sebagai evaluator teknis, apabila dipenuhi persyaratan
tertentu:
- Tujuan yang diinginkan oleh policy makers telah dipahami dengan benar oleh evaluator teknis;
- Pencapaian tujuan diukur dengan obyektif
- Laporan evaluasi menjelaskan hubungan antara tujuan dengan hasil program
- Sebaliknya, evaluator teknis hanya bisa melaksanakan tugasnya, apabila:
- Tujuan kebijakan jelas
- Tujuan dapat diukur
- Implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan
- Tersedia cukup data yang diperlukan
- Meskipun
evaluasi teknis bersifat obyektif, hasil evaluasi mempunyai
konsekuensi terhadap policy makers maupun policy implementers.
HAKIKAT EVALUASI
Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. kebijakan harus diawasi,
dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana
keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada
konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk
melihat kesenjangan antara “harapan” dengan “kenyataan”.
Tujuan pokok dari evaluasi bukanlah untuk menyalah-nyalahkan
melainkan untuk melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian
dan harapan dari suatu kebijakan publik. Tugas selanjutnya adalah bagaimana mengurangi atau menutup kesenjangan tersebut. Jadi evaluasi kebijakan bertujuan mencari kekurangan dan menutup kekurangan.
Tiga lingkup makna evaluasi kebijakan publik
- evaluasi perumusan kebijakan.
- evaluasi implementasi kebijakan.
- evaluasi lingkungan kebijakan.
4 fungsi evaluasi kebijakan publik
- Eksplanasi.
Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan
dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar
berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini
evaluator dapat mengindentifikasi masalah, kondisi dan aktor yang
mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
- Kepatuhan.
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan
oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai
dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
- Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.
- Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.
Evaluasi Formulasi Kebijakan Publik
Secara umum, evaluasi formulasi kebijakan publik berkenaan dengan apakah formulasi kebijakan publik telah dilaksanakan:
- Menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan,
karena setiap masalah publik memerlukan model formulasi kebijakan
publik berlainan.
- Mengarah
kepada permasalahan inti, karena setiap pemecahan masalah harus
benar-benar mengarah kepada inti permasalahannya.
- Mengikuti
prosedur yang diterima secara bersama, baik dalam rangka keabsahan
maupun juga dalam rangka kesamaan dan keterpaduan langkah
perumusan;
- Mendayagunakan
sumber daya ada secara optimal, baik dalam bentuk sumber daya
waktu, dana, manusia, dan kondisi lingkungan strategis.
11 model evaluasi formulasi kebijakan publik
- model kelembagaan
- model proses
- model kelompok
- model elit
- model rasional
- model inkremental
- model teori permainan
- model pilihan publik, dan
- model sistem
- model demokratis
- model perumusan strategis
Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik
Mengikuti
Prof. Sofyan Effendi, tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan
publik adalah untuk mengetahui variasi dalam indikator-indikator kinerja
yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu :
- Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya berkenaan dengan kinerja implementasi publik (variasi dari outcome) terhadap variabel independen tertentu.
- Faktor-faktor
apa saja menyebabkan variasi itu? jawabannya berkenaan faktor
kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi kebijakan, dan
lingkungan implementasi kebijakan yang mempengaruhi variasi outcome dari implementasi kebijakan.
- OutPut/ keluarannya sepertia apa? Jawabannya sangat tergantung
Evaluasi implementasi kebijakan dibagi tiga menurut timing evaluasi :
- Evaluasi sebelum pelaksanaan yang disebut William Dunn (1999) sebagai evaluasi summatif.
- Evaluasi pada waktu pelaksanaan biasanya disebut evaluasi proses.
- Evaluasi setelah kebijakan yang juga disebut sebagai evaluasi konsekuensi (output) kebijakan dan/atau evaluasi impak/pengaruh (output) kebijakan.
Tiga Pendekatan dalam Evaluasi Kebijakan Publik
1. Pendekatan Evaluasi Semu
A. Tujuan:
Menggunakan metode deskriptif Untuk menghasilkan Informasi valid Tentang hasil kebijakan
B. Asumsi:
Ukuran manfaat atau terbukti dengan sendirinya atau tidak kontroversial
C. Bentuk-Bentuk Utama:
Eksperimentasi sosial Akuntansi sistem Sosial Pemeriksaan sosial Sintesis riset dan praktek
D. Teknik:
Sajian grafik Tampilan tabel Angka indeks Analisis seri waktu terinterupsi Analisis seri terkontrol Analisis diskontinyu regresi
2. Pendekatan Evaluasi Formal
A. Tujuan:
Menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan secara formal diumumkan sebagai tujuan program kebijakan.
B. Asumsi:
Tujuan
dan Sasaran dari pengambilan dan administrator yang secara resmi
diumumkan merupakan ukuran yang tepat dan manfaat atau nilai.
C. Bentuk-bentuk Utama:
Evaluasi perkembangan Evaluasi Eksperimental Evaluasi proses Retrospektif (expost) evaluasi hasil retrospektif.
D. Teknik:
Pemetaan sasaran klarifikasi nilai kritik nilai pemetaan hambatan Analisis dampak saling Disecounting
3. Pendekatan Evaluasi Keputusan Teoritis
A. Tujuan:
Menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai pelaku kebijakan.
B. Asumsi:
Tujuan dan sasaran dari berbagai pelaku yang diumumkan secara formal ataupun diam merupakan ukuran yang tepat dari manfaat atau nilai.
C. Bentuk-bentuk Utama:
Penilaian tentang Dapat tidaknya Dievaluasi Analisis uitilitas multi-atribut.
D. Teknik:
Brainstorming Analisis argumentasi delphi kebijakan Analisis Survei Pemakai.
James P. Lester dan Joseph Steward Jr. (2000), mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan:
- evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi,
- evaluasi impak atau evaluasi berkenaan dengan hasil dan/atau pengaruh dari implementasi kebijakan,
- evaluasi kerjakan yaitu apakah benar hasil yang dicapai mencerminkan tujuan yang dikehendaki, dan
- evaluasi metaevaluasi yang berkenaan dengan untuk menemukan kesamaan-kesamaan tertentu.
Ernest R. House (1980) membuat taksonomi evaluasi yang cukup berbeda, yang membagi model evaluasi menjadi :
- model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.
- model perilaku, dengan indikator utama adalah reduktivitas dan akuntabilitas.
- model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah keefektifan dan keterjagaan kualitas.
- model tujuan bebas (goal free), dengan indikator utama adalah pilihan pengguna dan manfaat sosial.
- model kekritisan seni (art criticism), dengan indikator utama adalah standar yang semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat.
- model review profesional, dengan indikator utama adalah penerimaan profesional.
- model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah resolusi, dan
- model studi kasus, dengan indikator utama adalah pemahaman atas diversitas.
Ada pula pemilahan evaluasi sesuai dengan teknik evaluasi kebijakan berdasarkan rentang sejarah munculnya kebijakan-kebijakan
- evaluasi
komparatif, yaitu membandingkan implementasi kebijakan (proses
dari hasilnya) dengan implementasi kebijakan yang sama atau
berlainan, di satu tempat yang sama atau berlainan.
- evaluasi
historilal, yaitu membuat evaluasi kebijakan berdasarkan rentang
sejarah munculnya kebijakan-kebijakan tersebut.
- evaluasi
laboratorium atau eksperimental, yaitu evaluasi namun menggunakan
eksperimen yang diletakkan dalam sejenis laboratorium.
- evaluasi ad hock, yaitu evaluasi yang dilakukan secara mendadak dalam waktu segera dengan tujuan untuk mendapatkan gambar pada saat itu (snap shot).
James Andeson membagi evaluasi (implementasi) kebijakan publik menjadi tiga Tipe
- Pertama, evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional.
- Kedua, evaluasi yang memfokuskan kepada bekerjanya kebijakan.
- Ketiga, evaluasi
kebijakan sistematis yang melihat secara obyektif program-program
kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat
dan sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah dinyatakan telah
dicapai (dikutip Winarno, 2002, 168).
Edward
A. Suchman (dikutip Winarno, 2002, 169) di sisi lain lebih masuk ke
sisi praktis dengan mengemukakan enam langkah dalam evaluasi kebijakan,
yaitu :
- mengidetifikasi tujuan program yang akan dievaluasi,
- analisis terhadap masalah,
- deskripsi dan standardisasi kegiatan,
- pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi,
- menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain,
- beberapa indikator untuk menentuan keberadaan suatu dampak.
Dari berbagai-bagai ragam dan teknik evaluasi implementasi tersebut, pertanyaannya adalah mana yang hendak digunakan? Jawabannya juga tidak berbeda, tergantung kebutuhan evaluator. Keseluruhan
model tersebut di atas mencerminkan ragam dari kebutuhan evaluator,
baik yang digerakkan dari perbedaan kepentingan, perbedaan latar
belakang, perbedaan tujuan, perbedaan keberadaan (pemerintah atau
target), perbedaan waktu, dan lain-lain.
evaluasi kebijakan yang baik harus mempunyai beberapa syarat pokok:
- tujuannya menemukan hal-hal yang strategis untuk meningkatkan kinerja kebijakan.
- yang bersangkutan harus mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target kebijakan.
- Prosedur evaluasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara metodologi.
Petunjuk praktis evaluasi implementasi kebijakan publik
Keterangan Gambar
- evaluator
harus menyesuaikan alat ukurnya dengan model atau metode
implementasi kebijakan. Pada dasarnya, setiap metode implementasi
kebijakan di dalam dirinya telah menyediakan alat ukur bagi
keberhasilan/kinerja implementasi kebijakan.
- evaluator harus menyesuaikan evaluasinya dengan tujuan dari evaluator yang dibebankan kepadanya.
- Evaluator harus menyesuaikan diri evaluasinya dengan kompetensi keilmuan dan metodologis yang dimilikinya.
- Seorang evaluator dengan kompetensi ekonomi diharapkan tidak melakukan evaluasi politik.
- evaluator
harus menyesuaikan diri dengan sumber daya yang dimiliki,
mulai sumber daya waktu, manusia, alat atau teknologi, dana,
sistem, manajemen, bahkan sumber daya kepemimpinan yang ada.
- evaluator
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan evaluasi, agar ia bisa
diterima dengan baik di lingkungan yang akan dievaluasinya.
Evaluasi Lingkungan Kebijakan Publik
Jenis
evaluasi ini mendapat sedikit sekali perhatian, baik dari praktisi
maupun akademisi evaluasi kebijakan publik. Kenyataan ini harus diakui
karena sesungguhnya, sekuat apa pun pengaruh lingkungan, ia merupakan
faktor yang berada di luar kendali dari kebijakan publik. Karena itu,
acapkali lingkungan “dikeluarkan” dari evaluasi kebijakan publik.
Namun Demikian Perkembangan
terkini membuktikan bahwa keberhasilan dan kegagalan kebijakan tidak
lagi ditentukan oleh keandalan kebijakan dan implementasinya, namun
dukungan lingkungan. Konteks “lingkungan” dikedepankan karena perubahan
yang terjadi hari ini dan dimasa depan adalah perubahan dalam volume
yang besar dan cepat. Kenyataan ini begitu mencemaskan karena tidak
banyak melihat sebuah kebijakan ketika selesai dibuat, mendadak sudah
menjadi usang karena perubahan.
Bacaan Terkait :
Applied Science ( Evaluasi Kebijakan Publik )
Studi Implementasi Kebijakan Publik
Public Policy
Kebijakan Publik Menurut Para Ahli